Beranda | Artikel
Dalil-Dalil Peringatan Untuk Berhati-Hati dari Bidah
Jumat, 25 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Dalil-Dalil Peringatan Untuk Berhati-Hati dari Bid’ah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. dalam pembahasan Kitab Ahsanul Bayan min Mawaqifi Ahlil Iman karya Syaikh Abu Islam Shalih bin Thaha Abdul Wahid rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 14 Jumadal Awwal 1440 H / 21 Januari 2019 M.

Download juga kajian sebelumnya: Kisah Dalam Mengingkari Bid’ah

Download kitab أحسن البيان من مواقف أهل الإيمان” versi PDF di sini

Kajian Tentang Dalil-Dalil Peringatan Untuk Berhati-Hati dari Bid’ah – Kitab Ahsanul Bayan

Pekan yang lalu, kita membahas tentang bahayanya bid’ah. Dan kita akan lanjutkan dari halaman ke-340, dimana penulis berkata bahwa bid’ah itu sangat berbahaya. Dan dia lebih buruk daripada maksiat untuk individu dan kelompok. Oleh karena itu Islam mengharamkan perbuatan bid’ah dalam agama serta memberikan peringatan kepada kita semua dari duduk-duduk dengan Ahlul bid’ah.

Kemudian penuli menurunkan beberapa dalil dari Al-Qur’an, sunnah dan atsar dari kalangan Sahabat. Yang pertaman, dalil dari Al-Qur’an adalah Surat Al-An’am ayat 153 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٥٣﴾

“Sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lainnya niscaya kalian akan berpecah-belah dari jalanNya.Yang demikian itu Allah Subhanahu wa Ta’ala wasiatkan kalian dengannya, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. Al-An’am[6]: 153)

Apa yang dimaksud dengan Ash-Shirath Al-Mustaqim?

Yang dimaksud dengan Ash-Shiratul Mustaqim (صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا) adalah jalan yang lurus yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan untuk mengikutinya, yakni jalannya Allah. Dia adalah jalan yang dilalui oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para Sahabatnya.

Kemudian Apa yang dimaksud dengan Ash-Shubul (السُّبُلَ) yang Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita mengikuti jalan-jalan tersebut? Ash-Shubul, jalan-jalan yang kita dilarang untuk menapakinya adalah jalannya Ahlul Bidah dan jalannya Ahlul Ahwa.

Pada setiap jalan dari jalan-jalan mereka, ada setan yang menyeru manusia kepada jalan tersebut. Ini merupakan dalil, dimana kita harus menapaki jalannya Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para Sahabatnya. Kemudian kita tidak boleh mengikuti jalan-jalan selain jalan yang lurus ini.

Kemudian dalil berikutnya disurat Ali-Imron ayat 106 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ …

Pada hari dimana wajah-wajah itu putih bercahaya dan ada juga wajah-wajah yang hitam…” (QS. Ali-Imran[3]: 105)

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu menafsirkan tentang wajah-wajah yang dimaksud didalam ayat ini. Wajahnya siapa yang putih dan bercahaya dan wajahnya siapa yang gelap? Beliau berkatan bahwa wajah-wajah yang putih bercahaya adalah wajah-wajahnya Ahlussunnah wal Jama’ah dan wajah-wajahnya ‘ulama. Adapun wajah-wajah yang gelap, yang hitam, maka mereka adalah wajah-wajahnya Ahli bid’ah.

Dalil dari Sunnah

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan kami yang tidak termasuk darinya maka dia tertolak.” (HR. Muslim)

Juga dalam hadits yang lain:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengamalkan suaru perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.” (HR. Muslim)

Apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah, maka matanya merah, suaranya tinggi dan sangat marah. Seakan-akan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi peringatan kepada pasukan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim)

Imam An-Nasa’i menambahkan lafadz:

وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

“dan setiap kesesatan di dalam neraka” (HR. An-Nasa’i)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menasihati para Sahabat dishalat subuh dengan nasihat yang luar biasa. Kemudian para Sahabat berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa seakan-akan itu adalah nasihat dari orang yang akan meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah memberikan wasiat dengan wasiat ketakwaan kepada Allah, kemudian wasiat untukmendengar dan taat kepada pemimpin, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Jauhi sesuatu yang baru (dalam agama). Karena semua yang baru (dalam agama) itu bid’ah. Dan semua bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud)

Juga dalam hadits yang shahih:

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّ

“Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (Mutafaqun ‘Alaih)

Kemudian didalam hadits yang shahih dikeluarkan oleh Imam Muslim, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)

Ini ancaman untuk mereka-mereka yang melakukan bid’ah dalam agama. Karena kalau orang melakukan bid’ah dalam agama kemudian dicontoh, diikuti oleh orang lain, maka dia berdosa, orang lain berdosa, selain itu dia mendapatkan dosa dari mereka.

Atsar dari Para Sahabat

Pertama, nasihat dari Abu Bakar As-Siddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau berkata dalam khutbahnya:

إنما أنا متبعٌ ولستُ بمبتدعٍ ، فإن استقمتُ فتابعوني ، وإن زُغْتُ فقوِّموني

“Aku hanyalah pengikut Nabi, apabila aku lurus ikutilah oleh kalian, apabila aku menyimpang maka luruskanlah aku.”

Kedua, Umar Al-Faruq Radhiyallahu ‘Anhu berkata berkata:

ُإياكم وأصحابَ الرأي ، فإنهم أعداءُ السننِ ، أعيتهم الأحاديثُ أن يحفظوها فقالوا بالرأيِ ، فضلّوا وأضلّوا

“Hati-hati kalian dari orang-orang yang mengandalkan akalnya. Mereka itu musuh-musuhnya sunnah. Mereka lemah, tidak sanggup untuk menghafalkan hadits-hadits lalu mereka berbicara dengan ra’yu. Maka mereka sesat dan mereka menyesatkan manusia.”

Ini bahayanya jauh dari wahyu, bahaya jauh dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketiga, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

إياكم والتبدعَ والتنطعَ ، وإياكم والتعمقَ ، وعليكم بالعتيق

“Hati-hati dari berbuat bid’ah dan berlebih-lebihan dan wajib atas kalian memegang perkata generasi yang pertama”

Keempat, Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

عليكم بالاستقامةِ والأثرِ، وإياكم والتبدع

“Wajib atas kalian istiqamah dan berpegang dengan atsar, dan hati-hati dari berbuat bid’ah.”

Simak pada menit ke – 16:52

Download Kajian Tentang Dalil-Dalil Peringatan Untuk Berhati-Hati dari Bid’ah – Kitab Ahsanul Bayan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46492-dalil-dalil-peringatan-untuk-berhati-hati-dari-bidah/